KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT DI INDONESIA
Kemenangan Turki
dalam perang salib mengakibatkan kota pelabuhan Konstantinopel yang semuala
dikuasai oleh Romawi Timur diambil alih oleh Turki. Sejak saat itulah Turki
melarang pedagang Eropa lain untuk berdagang di pelabuhan Konstantinopel. Larangan
ini mengakibatkan pasokan rempah-rempah di Eropa berkurang.
Kekurangan pasokan
rempah-rempah di Eropa berakibat pada mahalnya harga rempah-rempah. Para pedagang
yang berjiwa petualang ingin menemukan sendiri sumber rempah-rempah itu. Hal inilah
yang mendorong pedagang dan penjelajah bangsa Barat, seperti Bangsa Spanyol,
Portugis, Belanda, dan Inggris untuk berlayar ke Timur.
1.
KEDATANGAN BANGSA
BARAT DI INDONESIA
Karena ingin mencari sumber
rempah-rempah, bangsa barat berlomba-lomba berlayar ke Timur dan sampailah
mereka di Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah menimbulkan niat
untuk menguasai kekayaan alam Indonesia tersebut. Inilah sikap bakal munculnya
kolonialisme dan imperialisme di Indonesia.
Kolonialisme
Kolonilalisme adalah paham yang
bertujuan menguasai daerah atau bangsa lain untuk memperluas wilayah
kekuasaanya dengan menjadikannya koloni.
Pada masa revolusi industri,
industri-industri yang membutuhkan bahan baku dari timur bermunculan di Eropa.
Keberhasilan revolusi industri membuat kebutuhan bahan baku industri di Eropa
semakin tinggi. Jatuhnya konstantinopel, tingginya bea masuk dalam perdagangan
sistem merkantilisme, dan dorongan kapitalisme yang ingin menguasai hal-hal
yang dapat membawa keuntungan maksimal bagi negaranya mendorong bangsa Barat
untuk mendatangi sumber-sumber bahan baku industri tersebut dan menjadikannya
bagian dari wilayah kekuasaan mereka.
Imperialisme
Imperialisme merupakan suatu paham
yang bertujuan menjajah negara lain guna mendapatkan kekuasaan dan keuntungan.
Imperialisme kuno terjadi sebelum revolusi industri dengan tujuan mendapatkan
logam mulia (gold), mendapatkan kejayaan bangsa (glory), dan menyebarkan ajaran
Alkitab (gospel). Imperialisme modern yang terjadi pasca-revolusi industri
memiliki 3 tujuan sebagai berikut:
1.
Mendapatkan daerah
penghasil bahan baku industri
2.
Mendapatkan daerah
pemasaran hasil industri
3.
Mendapatkan daerah untuk
investasi jangka panjang
A.
Kedatangan Bangsa
Spanyol di Indonesia
Tahun 1942, Columbus memulai misi
perjalanan untuk menemukan Kepulauan Hindia yang dikenal sebagai daerah
penghasil rempah-rempah. Ketika mendarat di sebuah daerah (yang kini dikenal
sebagai kepulauan Bahama di Benua Amerika), Columbus mengira telah mencapai
Hindia. Daerah tersebut selanjutnya dianggap sebagai daerah jajahan Spanyol.
Misipun diteruskan sampai ke Meksiko.
Tahun 1521, armada Spanyol di bawah
pimpinan Sebastian Del Cano mendarat di Malukudan membeli banyak rempah-rempah.
Rempah-rempah itu dibawa ke Spanyol dengan kapal Victoria. Berita keberhasilan
Sebastian Del Cano menemukan sumber rempah-rempah menjadi pembicaraan luas di
Spanyol. Sejak saat itu, kapal-kapal Spanyol berduyun-duyun datang ke Maluku.
Selain misi ekonomi, penjelajahan
spanyol juga membawa misi untuk menyebarkan agama Katolik. Seorang pastor
bernama Fransiscus Xaverius menyebarkan agama Katolik di Ambon, Ternate, dan
Morotai. Namun keberadaan Spanyol di Maluku tidak berlangsung lama karena Portugis
terlebih dahulu menguasai kepulauan Maluku.
B.
Kedatangan Bangsa
Portugis di Indonesia
Pelayaran bangsa Portugis dipimpin
oleh Bartholomeus Diaz, berhasil mencapai tanjung Harapan (Cape of Good Hope)
di ujung selatan Benua Afrika.
Pelayaran berikutnya di pimpin Vasco
da Gama yang mendarat di Calicut, India pada tahun 1498. Dari India, Portugis
mengirim misi ekspedisi pelayaran ke timur tahun 1510 di bawah pimpinan Alfonso
de Albuequerque.
Ketika tiba di Goa, ia mendapat kabar
dari pedagang Gujarat dan Arab tentang kekayaan daerah Malaka. Mendengar berita
tersebut, Alfonso de Albuequerque pun menyerang Malaka dan berhasil
menguasainya tahun 1511. Portugis meneruskan perjalanan ke Timur di bawah
pimpinan Francisco Serro. Akhirnya bangsa Portugis sampai di Ternate, Maluku,
tahun 1512.
Setelah menguasai Malaka dan Maluku,
Portugismelebarkan sayapnya ke Pulau Sumatra yang kaya lada. Namun, upaya
tersebut kurang berhasil karena terhalang oleh Kerajaan Aceh yang mendominasi
jalur perdagangan lada di Sumatra. Portugis juga ingin melebarkan sayap
perdagangannya ke Pulau Jawa. Mereka berhasil menjalin hubungan dagang dengan
Blangbangan, Pasuruan, dan daerah sekitarnya.
C.
Kedatangan Bangsa
Belanda di Indonesia
Pada awalnya, Bangsa Portugis
berusaha merahasiakan rute perdagangan ke Benua Asia. Namun, rute itu
dibocorkan seorang Belanda yang ikut dalam pelayaran perdagangan, yaitu Jan
Huygen Van Linschoten. Ia menerbitkan catatan perjalanan berjudul “Catatan
Perjalana ke Timur atau Hindia Portugis.” (Itinerario naet Oost ofte
Portugaels Indien). Buku ini dilengkapi peta-peta, gambaran wilayah, dan
jenis barang yang diperdagangkan. Berdasarkan buku itulah, pelayaran dagang
Belanda menuju Asia tahun 1595 dialkukan.
Pelayaran itu terdiri dari empat
kapal yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman. Mereka tiba di Banten bulan Juni
1596 dan terus bergerak ke Timur menuju kepulauan Maluku. Armada Cornelis de
Houtman berhasil mengangkut rempah-rempah dalam jumlah yang sangat besar. Kabar
keberhasilan mereka mendapat rempah-rempah menyebar dengan cepat ke seluruh
negeri Belanda. Sejak saat itulah pelayaran dagang bangsa Belanda berdatangan
ke Indonesia.
D.
Kedatangan Bangsa
Inggris di Indonesia
Tahun 1600, Ratu Elizabeth I dari
inggrismerintis pelayaran dagang ke duania timur. Untuk itu, Ratu Elizabeth
memberi hak kepada Maskapai Hindia Timur (The East India Company atau EIC)
berpusat di India untuk berlayar ke timur. Armada pelayaran dagang tersebut
dipimpin oleh Sir James Lancaster.
Mereka tiba di Aceh pada tahun 1602, lalu meneruskan perjalanan ke Banten dan
membangun kantor dagang di sana. Mereka berhasil pulang ke Inggris dengan
membawa banyak rempah-rempah.
Pelayaran dagang berikutnya dipimpin oleh Sir Henry Midletton tahun 1604
dan berhasil mendarat daerah Ternate, Tidore, Ambon, dan Banda di Maluku.
Namun, Inggris mendapat saingan dari Belanda yang terlebih dahulu ada di sana.
Untuk menghindari persaingan itu, pelayaran dagang Inggris berusaha mencari
rempah-rempah di pelabuhan lain, seperti di Sukadana (Kalimantan Barat),
Makasar, Jayakarta, Jepara, Pariaman, Jambi dan Aceh.
Tahun 1811, pasukan Inggris menyerang
wilayah yang dikuasai oleh Belanda. Belanda tidak bisa berbuat banyak dan
menyerahkan wilayah-wilayah yang dikuasainya. Thomas Stamford Raffles pun
diangkat sebagai Gubernur jendral di
Hindia Belanda. Namun berdasarkan perjanjian London tahun 1815, Inggris harus
mengembalikan Hindia Belanda ke Pemerintah Belanda. Kewajiban ini baru
terlaksana tahun 1816.
2. MASUKNYA KEKUASAAN ASING DI INDONESIA
2. MASUKNYA KEKUASAAN ASING DI INDONESIA
Kedatangan bangsa asing di Indonesia semula bertujuan ingin berdagang
rempah-rempah. Namun, kekayaan alam Indonesia yang berlirnpah membuat mereka
mengubah tujuan menjadi ingin menjajah.
1.
Kekuasaan Bangsa Portugis di Indonesia
Tahun 1511, armada penjelajah Portugis di bawah pimpinan Alfonso de Alberqueque tiba
di Malaka. Mereka berperang melawan
Sultan Malaka, yaitu Sultan Mahmud Syah (1488-1528). Setelah Malaka berhasil dikuasai Portugis, perdaganganpun dimonopoli
dan dikuasai oleh Portugis.
Bangsa Portugis melanjutkan perjalanan dari
pulau Hitu ke Temate, Maluku, dengan tujuan menguasai daerah penghasil rempah-rempah. Awalnya,
kedatangan bangsa Portugis disambut baik oleh raja Temate, karena bangsa Portugis membantu Temate melawan
Tidore.
Praktik monopoli perdagangan cengkih yang dilakukan Portugis merugikan Ternate. Lama kelamaan penguasa
Temate pun menolak bangsa Portugis.
Puncak penolakan terjadi setelah
Sultan Hairun di bunuh oleh Portugis.
Rakyat Temate marah dan menyerang Portugis dibawah pimpinan Baabullah,
putra Sultan Hairun. Bangsa Portugis
dapat diusir dari
wilayah Maluku tahun 1575.
Setelah terusir dari
Kepulauan Maluku, armada Portugis berlayar menuju Sumatra dan Jawa.
Di Jawa, armada Portugis menjalin kontak
dagang dengan Pasuruan. Blambangan,
Banyuwangi, Solo, Yogyakarta, dan Banten.
Di
Sumatra, bangsa Portugis mencoba
menguasai perdagangan lada dan
cengkih, namun usahanya gagal karena
kuatnya dominasi Kerajaan Aceh.
2.
Kekuasaan VOC di
Indonesia
Harga rempah-rempah
di Eropa yang sangat mahal memben
keuntungan besar bagi
pedagang. Hal itu mendorong para
pedagang di Belanda berlornba-lornba berlayar ke Maluku yang menghasilkan rernpah-rempah.
Pemerintah
Belanda tidak tinggal diam. Tahun
1598, Parlemen Belanda (Staten
Generaal) mengusulkan agar semua
perusahaan pelayaran membentuk sebuah kongsi dagang. Usul itu terlaksana bulan Maret
1602 dengan terbentuknya
Perserikatan Maskapai Hindia Timur (Vereenigde Oost
lndische Compagnie atau biasa disebut VOC) yang
bermarkas di Amsterdam.
Untuk
mendukung keberadaan VOC,
parlemen Belanda memberi hak Oktrooi,
yang isinya sebagai berikut.
a. Hak memonopoli
perdagangan di wilayah antara
Amerika Selatan dan Afrika.
b. Hak memiliki
angkatan perang dan membangun benteng pertahanan.
c. Hak untuk mengadakan
perang dan menjajah.
d. Hak sebagai wakil
pemerintah Belanda di Indonesia.
e. Hak untuk mengikat
perjanjian dengan raja-raja
di Indonesia.
f. Hak untuk
mengangkat pegawai.
g. Hak untuk
mencetak dan mengedarkan
uang sendiri.
h. Hak untuk
memungut pajak.
VOC
tumbuh menjadi sebuah
kongsi dagang besar dan
berhasil memonopoli perdagangan di Indonesia. Untuk memperlancar urusan pemerintahan,
diangkatlah seorang gubernur
jenderal VOC di Indonesia. •
Dalam
memonopoli perdagangan rempah-rempah di Indonesia voe memberlakukan
hal-hal sebagai berikut.
a. Hak Eksteerpasi,
yaitu hak untuk
mengurangi hasil rempah-rempah
dengan cara menebang atau memusnahkannya bila perlu.
Tujuannya agar penawaran rempah-rempah terkendali dengan harga yang tetap
menguntungkan VOC.
b. Pelayaran Hongi (Hongi Tochtan) yaitu pengawasan terhadap pelaksanaan
monopoli perdagangan di Indonesia. Jika petani menjual rempah-rempahnya kepada
pihak selain VOC, maka petani tersebut ditangkap dan rempah-rempahnya dibakar.
Kongsi dagang VOC banyak memberi keuntungan kepada pemerintah Belanda sehingga pemerintah Belanda menjadi
kaya.
Namun kejayaan VOC
tidak berlangsung lama. VOC mengalami kemunduran pada akhir abad XVIII.
Sebab-sebab kemunduran VOC adalah sebagai berikut.
a. Banyak pegawai VOC melakukan
penyeIewengan untuk memperkaya diri-sendiri
(korupsi)
b. wilayah Indonesia yang luas memerlukan biaya besar untuk mengelolanya.
c. Biaya perang untuk menumpas
perlawanan sporadis suku-suku di Indonesia sangat besar.
d. Persaingan dengan kongsi
dagang negara lain,
misalnya EIC milik pemerintah Inggris,
semakin tajam.
Pada akhir masa
jayanya, kongsi dagang
tersebut memiliki utang sekitar I 36 juta
Gulden yang tidak sanggup
dibayarnya. Akhirnya, pemerintah
Belanda memutuskan untuk
membubarkan VOC pada
31 Desember 1799. Semua harta VOC di Indonesia menjadi
milik Kerajaan Belanda. Utang-utangnya pun diambil
alih oleh pemerintah Belanda.
Dengan demikian, kendali pengaturan wilayah Indonesia
dilakukan langsung oleh
pemerintah Kerajaan Belanda.
3.
Kekuasaan Prancis di Indonesia Masa Gubernur Jendral
Daendels
Di Eropa,
terjadi perang antara
negara Prancis di bawah
pimpinan Napoleon Bonaparte
melawan negara- negara Eropa.
Prancis berhasil mengalahkan
Belanda dan menguasai wilayah
Jajahannya. Dengan peralihan kekuasaan dari
Belanda ke Prancis, wilayah
pendudukan Belanda menjadi wilayah
kekuasaan Prancis, termasuk Indonesia.
Pada
waktu itu, wilayah
Semenanjung Malaya telah dikuasai Inggris.
Untuk mencegah wilayah
Indonesia jatuh ke tangan
lnggris, Prancis mengangkat Herman Willem Daendels
sebagai gubernur jenderal Belanda
di Indonesia tahun 1808.
Daendels memiliki tugas
utama mempertahankan Pulau Jawa
dari serangan lnggris
karena saat itu Inggris
sedang berperang rnelawan
Prancis. Perhatian utama Daendels
adalah bidang pertahanan, misalnya:
a. Mernbangun jalan dari Anyer
sampai Panarukan yang panjangnya kurang lebih
1.100 km. Tujuannya untuk melancarkan mobilitas militer
di Pulau Jawa dan untuk
mengangkut hasil pertanian;
b. Melaksanakan sistem kerja
rodi untuk pekerjaan
yang bersifat umum, termasuk
pembangunan jalan;
c. Membangun angkatan perang,
misalnya armada laut di
Ujung Kulon, Banten;
d. Mencampuri urusan intern
kerajaan-kerajaan di
Indonesia dan mempengaruhi
raja-raja di Indonesia;
e. Menjalankan sistem pemerintahan
diktator agar rakyat Indonesia tidak
mengadakan perlawanan;
f. Mencari keuntungan besar
melalui perdagangan budak.
Sepak
terjang Herman Willem
Daendels menyengsarakan
rakyat Indonesia dan memunculkan perlawanan di
setiap daerah. Keadaan
ini temyata juga didengar oleh
Kerajaan Belanda. Untuk
meredam masalah, Herman Willem
Daendels ditarik ke Belanda tahun
1811. Sebagai gantinya, diangkatlah
Jansens sebagai gubernur jenderal yang
baru. Pada masa pemerintahan
Jansens, Inggris menyerbu Batavia. Dalam
pertempuran tersebut, tentara
Belanda kalah dan akhirnya
menyerah tanggal 18 September 1811. Jansens harus
menandatangani Kapitulasi Tuntang
yang berisi penyerahan Batavia
kepada Inggris.
Maskapai
dagang Inggris, East Indian Company (EiC), mewakili
pemerintah lnggris di Indonesia. Mereka mengangkat Sir
Thomas Stamford Raffles
menjadi gubernur jenderal
di Indonesia. Langkah-langkah yang dilakukan Stamford
Raffles antara lain
sebagai berikut.
a. Membagi Pulau Jawa
menjadi 16 karesidenan.
b. Mengurangi kekuasaan bupati
dengan mengangkat bupati menjadi
pegawai pemerintah.
c. Menghilangkan sama sekali
bentuk kerja paksa atau rodi.
d. Menghapus Pelayaran Hongi
model VOC.
e. Melarang perbudakan karena
tidak sesuai dengan semangat liberalisme.
f. Menghapus segala macam
bentuk penyerahan (upeti).
g. Memungut sewa tanah
sebab tanah dianggap sebagai milik negara. .
h. Melaksanakan sistem penjurian dalam peradilan.
Raffles juga
banyak berjasa dalam
pengembangan ilmu pengetahuan, antara
lain sebagai berikut.
a. Meneliti tumbuh-tumbuhan
dan menamai bunga temuannya Rafflesia
Arnoldi.
b. Membangun Kebun Raya
Bogar yang berisi
tanaman tropis Indonesia.
c. Menulis buku History of Java yang berisi
sejarah budaya Pulau Jawa.
5.
Kekuasaan Pemerintah Kolonial Belanda di Indonesia
Setelah Prancis kalah perang, NapoJeon harus
menandatangani Konvensi London tahun
1814. Isi konvensi tersebut adalah Prancis harus mengembalikan
status negara-negara jajahannya ke
kedudukan semula sebelum ada penyerangan
Napoleon. Indonesia harus diserahkan
kembali pada Belanda. Penyerahan itu
dilakukan tahun 1814. Akan tetapi, Pulau
Bangka, Pulau Belitung. dan Bengkulu
tidak ikut diserahkan.
Penyerahan kembali tersebut menimbulkan kemarahan rakyat Indonesia yang kemudian mengadakan
perlawanan. Misalnya Perang Diponegoro,
Perang Aceh, Perang Paderi, dan
Perang Pattimura.
Peperangan memaksa pemerintah Belanda mengeluarkan
anggaran biaya pertahanan yang besar. Kas pemerintah Belanda pun menjadi kosong.
Salah satu upaya pemerintah
kolonial Belanda untuk mengisi kas kosong tersebut adalah menugaskan ahli ekonomi Belanda,
Van den Bosch, untuk menangani
perekonomi Indonesia. Van den Bosch mengusulkan pemberlakuan sistem Cultuur
Stelsel atau tanam paksa di Pulau Jawa.
Usulan itu mendapat persetujuan dari parlemen
Belanda. Mulailah pelaksanaan sistem
tanam paksa di Indonesia tahun
1830. Ketentuan-ketentuan
sistem tanam paksa antara lain sebagai berikut.
a. Seperlima bagian tanah
milik rakyat yang subur wajib dijadikan Iahan bagi tanaman ekspor. Tanaman yang hams dibudidayakan antara lain
teh, tebu, tembakau, merica, kayu manis, nila, kapas,
dan tanaman Iain yang Iaku dijual di pasaran Eropa.
b. Tanah tersebut dibebaskan dari kewajiban membayar pajak.
c. Hasil panen diserahkan
kepada pemerintah Belanda.
d. Apabila taksiran harga
hasil panen melebihi
pajak, maka kelebihannya itu
menjadi hak rakyat.
e. Kegagalan panen
ditanggung oleh pemerintah.
f. Tenaga kerja yang
digunakan tidak boleh melebihi tenaga kerja yang digunakan untuk menanam padi.
Akan
tetapi, dalam pelaksanaannya, ketentuan di alas banyak yang dilanggar untuk
memperbesar keuntungan pemerintah
Belanda. Ketentuan yang dilanggar antara lain sebagai berikut.
a. Tanah yang dijadikan
lahan tanaman ekspor tidak
hanya seperlima bagian,
tetapi seluruhnya.
b. Lahan yang ditanami
tanaman ekspor tetap dipungut pajak.
c. Kegagalan panen
ditanggung oleh rakyat sendiri
bukan pemerintah.
d. Jika taksiran hasil
panen melebihi pajak, maka kelebihan itu tidak diberikan kepada rakyat.
e. Tenaga yang digunakan
untuk tanam paksa melebihi tenaga
untuk menanam padi. Hal ini disebabkan umur tanaman
untuk tanam paksa
lebih panjang.
Pengaruh Pemberlakuan
Tanam Paksa
Kebijakan Tanam
Paksa berpengaruh terhadap pemerintah Belanda
maupun rakyat Indonesia.
Harga pokok hasil pertanian
tanam paksa sangat
rendah, padahal harga
jualnya sangat tinggi.
Akibatnya, kerajaan Belanda menjadi negara
kaya. Tanam paksa
membuat rakyat Indonesia sangat
menderita dan kelaparan.
Sebagian besar waktu mereka
digunakan untuk mengurus tanaman
paksa sehingga tanaman padi mereka
jadi terlantar. Sisi
baiknya, petani Indonesia mulai
mengenal jenis tanaman baru
yang diunggulkan sebagai kornoditas ekspor.
Akibat Pelaksanaan
Tanam Paksa
Tidak
semua bangsa Belanda
setuju dengan sistem
ini. Ada juga pihak-pihak
yang menentang pelaksanaan tanam paksa di Indonesia,
yaitu sebagai berikut.
1)
Kelompok Pemilik Modal
Kelompok pemilik modal
atau kaum kapitalis mendesak pemerintah agar
menghapuskan sistem tanam paksa.
Sebagai gantinya, para pemilik
modal meminta agar diizinkan
masuk ke Indonesia.
Desakan kaum kapitalis itu berhasil
membuat pemerintah Belanda
menerapkan kebijakan politik Pintu
Terbuka. Artinya, para pemilik
modal swasta diizinkan masuk ke Indonesia untuk menanamkan modalnya
2)
Golongan Humanis di Belanda
Eduard Douwes Dekker
Eduard Douwes Dekker sebelumnya merupakan
biroktat pemerintah belanda yang iba melihat penderitaan rakyat indonesia.
Dengan nama samaran Multatuli, Douwes Dekker menceritakan pelaksanaan sistem
tanam paksa dalam sebuah buku yang berjudul
Max Havelaar. Berkat buku inilah , golongan humanis Belanda
mengetahui dan berempati terhadap penderitaan rakyat Indonesia.
Van
de Venter
.
Van de Venter mengkritik keberadaan sistem
tanam paksa Ia mengusulkan agar pemerintah
Belanda melakuakan politik balas budi
yang lebih dikenal sebagai politik etis.
Sebagai tindak lanjut, Pemerintah
Belanda mengadakan perbaikan di bidang
irigasi, edukasi, dan transigrasi pada
abad ke-20. Pelaksanaan politik etis ini sangat membantu kemajuan Indonesia di
kemudiaan hari.
Baron Van Hoevel
Sesuai dengan kapasitasnya sebagai pendeta,
ia menentang tanam paksa melalui khotbah-khotbahnya di gereja.
Kelompok liberal di negeri Belanda
Golongan mayoritas parlemen Belanda dikuasai oleh pihak
konservatif, sementara golongan
minoritas atau golongan oposisi adalah kaum liberal. Kaum liberal menyuarakan agar tanam paksa dihapuskan.
Usulan tersebut mendapat simpati dari sebagian besar penduduk negeri Belanda dan rakyat
Indonesia yang ada di sana.
Kemenangan kaum liberal pada pemilu 1860 merealisasikan usulan tersebut. Tanam paksa dihapuskan tahun 1870 dimulai dengan
penghapusan tanam paksa tebu.
Pemerintah Belanda kemudian menerapkan
Politik Pintu Terbuka dengan mengeluarkan Undang-Undang Agraria tentang
kepemilikan tanah di daerah jajahan. Dalam pelaksanaannya, berdirilah perkebunan-perkebunan besar milik
swasta dengan menyewa tanah rakyat. Selain itu, banyak dilakukan pembangunan
jalan, irigasi, dan sarana pembangunan lainnya. Politik Pin tu Terbuka juga tidak banyak
membawa manfaat bagi rakyat Indonesia.
Muncul usulan Politik Balas Budi (Politik Etis) yang mulai dilaksanakan tahun 1900.
Komentar
Posting Komentar