KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT DI INDONESIA



Kemenangan Turki dalam perang salib mengakibatkan kota pelabuhan Konstantinopel yang semuala dikuasai oleh Romawi Timur diambil alih oleh Turki. Sejak saat itulah Turki melarang pedagang Eropa lain untuk berdagang di pelabuhan Konstantinopel. Larangan ini mengakibatkan pasokan rempah-rempah di Eropa berkurang.
Kekurangan pasokan rempah-rempah di Eropa berakibat pada mahalnya harga rempah-rempah. Para pedagang yang berjiwa petualang ingin menemukan sendiri sumber rempah-rempah itu. Hal inilah yang mendorong pedagang dan penjelajah bangsa Barat, seperti Bangsa Spanyol, Portugis, Belanda, dan Inggris untuk berlayar ke Timur.
1.    KEDATANGAN BANGSA BARAT DI INDONESIA
Karena ingin mencari sumber rempah-rempah, bangsa barat berlomba-lomba berlayar ke Timur dan sampailah mereka di Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah menimbulkan niat untuk menguasai kekayaan alam Indonesia tersebut. Inilah sikap bakal munculnya kolonialisme dan imperialisme di Indonesia.
Kolonialisme
Kolonilalisme adalah paham yang bertujuan menguasai daerah atau bangsa lain untuk memperluas wilayah kekuasaanya dengan menjadikannya koloni.
Pada masa revolusi industri, industri-industri yang membutuhkan bahan baku dari timur bermunculan di Eropa. Keberhasilan revolusi industri membuat kebutuhan bahan baku industri di Eropa semakin tinggi. Jatuhnya konstantinopel, tingginya bea masuk dalam perdagangan sistem merkantilisme, dan dorongan kapitalisme yang ingin menguasai hal-hal yang dapat membawa keuntungan maksimal bagi negaranya mendorong bangsa Barat untuk mendatangi sumber-sumber bahan baku industri tersebut dan menjadikannya bagian dari wilayah kekuasaan mereka.
Imperialisme
Imperialisme merupakan suatu paham yang bertujuan menjajah negara lain guna mendapatkan kekuasaan dan keuntungan. Imperialisme kuno terjadi sebelum revolusi industri dengan tujuan mendapatkan logam mulia (gold), mendapatkan kejayaan bangsa (glory), dan menyebarkan ajaran Alkitab (gospel). Imperialisme modern yang terjadi pasca-revolusi industri memiliki 3 tujuan sebagai berikut:
1.    Mendapatkan daerah penghasil bahan baku industri
2.    Mendapatkan daerah pemasaran hasil industri
3.    Mendapatkan daerah untuk investasi jangka panjang
A.   Kedatangan Bangsa Spanyol di Indonesia
Tahun 1942, Columbus memulai misi perjalanan untuk menemukan Kepulauan Hindia yang dikenal sebagai daerah penghasil rempah-rempah. Ketika mendarat di sebuah daerah (yang kini dikenal sebagai kepulauan Bahama di Benua Amerika), Columbus mengira telah mencapai Hindia. Daerah tersebut selanjutnya dianggap sebagai daerah jajahan Spanyol. Misipun diteruskan sampai ke Meksiko.
Tahun 1521, armada Spanyol di bawah pimpinan Sebastian Del Cano mendarat di Malukudan membeli banyak rempah-rempah. Rempah-rempah itu dibawa ke Spanyol dengan kapal Victoria. Berita keberhasilan Sebastian Del Cano menemukan sumber rempah-rempah menjadi pembicaraan luas di Spanyol. Sejak saat itu, kapal-kapal Spanyol berduyun-duyun datang ke Maluku.
Selain misi ekonomi, penjelajahan spanyol juga membawa misi untuk menyebarkan agama Katolik. Seorang pastor bernama Fransiscus Xaverius menyebarkan agama Katolik di Ambon, Ternate, dan Morotai. Namun keberadaan Spanyol di Maluku tidak berlangsung lama karena Portugis terlebih dahulu menguasai kepulauan Maluku.
B.    Kedatangan Bangsa Portugis di Indonesia
Pelayaran bangsa Portugis dipimpin oleh Bartholomeus Diaz, berhasil mencapai tanjung Harapan (Cape of Good Hope) di ujung selatan Benua Afrika.
Pelayaran berikutnya di pimpin Vasco da Gama yang mendarat di Calicut, India pada tahun 1498. Dari India, Portugis mengirim misi ekspedisi pelayaran ke timur tahun 1510 di bawah pimpinan Alfonso de Albuequerque.
Ketika tiba di Goa, ia mendapat kabar dari pedagang Gujarat dan Arab tentang kekayaan daerah Malaka. Mendengar berita tersebut, Alfonso de Albuequerque pun menyerang Malaka dan berhasil menguasainya tahun 1511. Portugis meneruskan perjalanan ke Timur di bawah pimpinan Francisco Serro. Akhirnya bangsa Portugis sampai di Ternate, Maluku, tahun 1512.
Setelah menguasai Malaka dan Maluku, Portugismelebarkan sayapnya ke Pulau Sumatra yang kaya lada. Namun, upaya tersebut kurang berhasil karena terhalang oleh Kerajaan Aceh yang mendominasi jalur perdagangan lada di Sumatra. Portugis juga ingin melebarkan sayap perdagangannya ke Pulau Jawa. Mereka berhasil menjalin hubungan dagang dengan Blangbangan, Pasuruan, dan daerah sekitarnya.
C.    Kedatangan Bangsa Belanda di Indonesia
Pada awalnya, Bangsa Portugis berusaha merahasiakan rute perdagangan ke Benua Asia. Namun, rute itu dibocorkan seorang Belanda yang ikut dalam pelayaran perdagangan, yaitu Jan Huygen Van Linschoten. Ia menerbitkan catatan perjalanan berjudul “Catatan Perjalana ke Timur atau Hindia Portugis.” (Itinerario naet Oost ofte Portugaels Indien). Buku ini dilengkapi peta-peta, gambaran wilayah, dan jenis barang yang diperdagangkan. Berdasarkan buku itulah, pelayaran dagang Belanda menuju Asia tahun 1595 dialkukan.
Pelayaran itu terdiri dari empat kapal yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman. Mereka tiba di Banten bulan Juni 1596 dan terus bergerak ke Timur menuju kepulauan Maluku. Armada Cornelis de Houtman berhasil mengangkut rempah-rempah dalam jumlah yang sangat besar. Kabar keberhasilan mereka mendapat rempah-rempah menyebar dengan cepat ke seluruh negeri Belanda. Sejak saat itulah pelayaran dagang bangsa Belanda berdatangan ke Indonesia.
D.   Kedatangan Bangsa Inggris di Indonesia
Tahun 1600, Ratu Elizabeth I dari inggrismerintis pelayaran dagang ke duania timur. Untuk itu, Ratu Elizabeth memberi hak kepada Maskapai Hindia Timur (The East India Company atau EIC) berpusat di India untuk berlayar ke timur. Armada pelayaran dagang tersebut dipimpin  oleh Sir James Lancaster. Mereka tiba di Aceh pada tahun 1602, lalu meneruskan perjalanan ke Banten dan membangun kantor dagang di sana. Mereka berhasil pulang ke Inggris dengan membawa banyak rempah-rempah.
Pelayaran dagang berikutnya  dipimpin oleh Sir Henry Midletton tahun 1604 dan berhasil mendarat daerah Ternate, Tidore, Ambon, dan Banda di Maluku. Namun, Inggris mendapat saingan dari Belanda yang terlebih dahulu ada di sana. Untuk menghindari persaingan itu, pelayaran dagang Inggris berusaha mencari rempah-rempah di pelabuhan lain, seperti di Sukadana (Kalimantan Barat), Makasar, Jayakarta, Jepara, Pariaman, Jambi dan Aceh.
Tahun 1811, pasukan Inggris menyerang wilayah yang dikuasai oleh Belanda. Belanda tidak bisa berbuat banyak dan menyerahkan wilayah-wilayah yang dikuasainya. Thomas Stamford Raffles pun diangkat  sebagai Gubernur jendral di Hindia Belanda. Namun berdasarkan perjanjian London tahun 1815, Inggris harus mengembalikan Hindia Belanda ke Pemerintah Belanda. Kewajiban ini baru terlaksana tahun 1816.


2. MASUKNYA   KEKUASAAN   ASING DI INDONESIA 
Kedatangan bangsa asing di Indonesia  semula bertujuan ingin berdagang rempah-rempah. Namun, kekayaan alam Indonesia yang berlirnpah membuat mereka mengubah tujuan menjadi ingin menjajah.
1.   Kekuasaan Bangsa  Portugis  di Indonesia
Tahun 1511, armada penjelajah Portugis  di bawah pimpinan Alfonso de Alberqueque tiba di Malaka.  Mereka berperang melawan Sultan Malaka, yaitu Sultan Mahmud Syah (1488-1528).  Setelah Malaka berhasil  dikuasai Portugis, perdaganganpun dimonopoli dan dikuasai  oleh Portugis.
Bangsa Portugis melanjutkan perjalanan  dari  pulau Hitu ke Temate, Maluku, dengan tujuan menguasai  daerah penghasil rempah-rempah. Awalnya, kedatangan  bangsa Portugis  disambut baik oleh raja Temate, karena  bangsa Portugis membantu Temate melawan Tidore.
Praktik monopoli perdagangan  cengkih yang dilakukan Portugis  merugikan Ternate. Lama kelamaan penguasa Temate pun menolak bangsa Portugis.  Puncak penolakan  terjadi setelah Sultan Hairun di bunuh oleh Portugis.  Rakyat Temate marah dan menyerang Portugis dibawah pimpinan  Baabullah,  putra Sultan Hairun. Bangsa Portugis   dapat  diusir  dari   wilayah Maluku tahun 1575.
Setelah terusir dari   Kepulauan Maluku, armada Portugis berlayar menuju Sumatra dan Jawa. Di  Jawa, armada Portugis menjalin kontak dagang dengan Pasuruan. Blambangan,  Banyuwangi,  Solo,  Yogyakarta, dan Banten.
Di  Sumatra,  bangsa Portugis mencoba menguasai perdagangan  lada dan cengkih,  namun usahanya gagal karena kuatnya dominasi  Kerajaan Aceh.

2.         Kekuasaan  VOC  di Indonesia
Harga rempah-rempah  di Eropa yang sangat mahal memben  keuntungan  besar bagi pedagang.  Hal itu mendorong para pedagang di Belanda berlornba-lornba berlayar ke Maluku  yang menghasilkan rernpah-rempah.
Pemerintah  Belanda  tidak tinggal diam. Tahun 1598, Parlemen  Belanda  (Staten  Generaal)   mengusulkan agar semua perusahaan  pelayaran  membentuk sebuah kongsi dagang.  Usul itu terlaksana  bulan Maret  1602 dengan terbentuknya  Perserikatan  Maskapai  Hindia Timur (Vereenigde   Oost  lndische   Compagnie   atau biasa disebut VOC)  yang  bermarkas  di Amsterdam.
Untuk  mendukung  keberadaan  VOC,  parlemen Belanda  memberi  hak Oktrooi,  yang isinya  sebagai berikut.
a.     Hak memonopoli  perdagangan  di wilayah antara Amerika  Selatan  dan Afrika.
b.     Hak memiliki  angkatan  perang  dan membangun benteng  pertahanan.
c.     Hak  untuk  mengadakan  perang  dan  menjajah.
d.     Hak  sebagai  wakil  pemerintah  Belanda  di Indonesia.
e.     Hak  untuk  mengikat  perjanjian  dengan  raja-raja  di Indonesia.
f.     Hak  untuk  mengangkat   pegawai.
g.     Hak  untuk  mencetak  dan  mengedarkan   uang  sendiri.
h.     Hak  untuk  memungut pajak.
VOC  tumbuh  menjadi  sebuah  kongsi  dagang  besar dan  berhasil memonopoli perdagangan di Indonesia.  Untuk memperlancar urusan  pemerintahan,  diangkatlah   seorang gubernur jenderal VOC  di  Indonesia.                
Dalam  memonopoli perdagangan rempah-rempah di Indonesia voe memberlakukan hal-hal  sebagai  berikut.
a.     Hak  Eksteerpasi, yaitu  hak  untuk  mengurangi hasil  rempah-rempah dengan  cara  menebang atau memusnahkannya bila  perlu.  Tujuannya agar penawaran rempah-rempah terkendali dengan  harga  yang  tetap  menguntungkan VOC.
b.     Pelayaran Hongi (Hongi Tochtan) yaitu pengawasan terhadap pelaksanaan monopoli perdagangan di Indonesia. Jika petani menjual rempah-rempahnya kepada pihak selain VOC, maka petani tersebut ditangkap dan rempah-rempahnya dibakar.

Kongsi  dagang VOC banyak memberi keuntungan kepada pemerintah  Belanda sehingga pemerintah Belanda menjadi kaya.
Namun kejayaan VOC tidak berlangsung lama. VOC mengalami kemunduran pada akhir abad XVIII. Sebab-sebab kemunduran VOC adalah sebagai berikut.
a.     Banyak pegawai VOC melakukan  penyeIewengan  untuk memperkaya  diri-sendiri  (korupsi)
b.     wilayah Indonesia  yang  luas memerlukan  biaya besar untuk mengelolanya.
c.     Biaya perang untuk menumpas  perlawanan   sporadis   suku-suku di Indonesia  sangat besar.
d.     Persaingan  dengan kongsi dagang  negara  lain,  misalnya  EIC  milik pemerintah  Inggris,  semakin tajam.

Pada akhir masa jayanya,  kongsi  dagang  tersebut memiliki  utang sekitar  I 36 juta  Gulden  yang  tidak sanggup  dibayarnya.  Akhirnya,  pemerintah  Belanda memutuskan  untuk membubarkan  VOC  pada  31 Desember  1799.  Semua harta VOC di Indonesia  menjadi  milik Kerajaan  Belanda.  Utang-utangnya  pun diambil  alih  oleh pemerintah  Belanda.  Dengan demikian,  kendali  pengaturan wilayah  Indonesia  dilakukan  langsung  oleh  pemerintah Kerajaan  Belanda.



3.    Kekuasaan  Prancis di Indonesia Masa Gubernur  Jendral  Daendels
Di Eropa,  terjadi  perang  antara  negara  Prancis  di bawah  pimpinan  Napoleon  Bonaparte  melawan  negara- negara  Eropa.  Prancis  berhasil  mengalahkan   Belanda dan  menguasai  wilayah  Jajahannya.   Dengan  peralihan kekuasaan   dari  Belanda  ke Prancis,  wilayah  pendudukan Belanda  menjadi  wilayah  kekuasaan  Prancis,  termasuk Indonesia.
Pada  waktu  itu,  wilayah  Semenanjung   Malaya  telah dikuasai  Inggris.  Untuk  mencegah   wilayah  Indonesia jatuh ke tangan  lnggris,  Prancis  mengangkat Herman Willem  Daendels   sebagai  gubernur jenderal   Belanda   di Indonesia  tahun  1808.  Daendels   memiliki  tugas  utama mempertahankan   Pulau  Jawa  dari  serangan  lnggris  karena saat  itu  Inggris  sedang  berperang  rnelawan  Prancis. Perhatian  utama  Daendels  adalah  bidang  pertahanan, misalnya:
         a.     Mernbangun  jalan  dari Anyer  sampai  Panarukan  yang panjangnya kurang  lebih  1.100 km.  Tujuannya  untuk melancarkan mobilitas  militer  di Pulau  Jawa  dan untuk  mengangkut   hasil  pertanian;
        b.     Melaksanakan   sistem    kerja  rodi  untuk  pekerjaan  yang bersifat  umum,   termasuk  pembangunan  jalan;
         c.     Membangun   angkatan  perang,  misalnya  armada  laut di  Ujung  Kulon,  Banten;
        d.     Mencampuri   urusan  intern  kerajaan-kerajaan   di Indonesia   dan  mempengaruhi   raja-raja  di Indonesia;
        e.     Menjalankan   sistem  pemerintahan   diktator  agar  rakyat Indonesia   tidak  mengadakan   perlawanan;
          f.     Mencari   keuntungan   besar  melalui  perdagangan budak.
Sepak  terjang  Herman  Willem  Daendels menyengsarakan    rakyat  Indonesia  dan memunculkan perlawanan   di  setiap  daerah.   Keadaan  ini temyata  juga didengar  oleh  Kerajaan   Belanda.  Untuk  meredam  masalah, Herman   Willem  Daendels   ditarik  ke Belanda  tahun  1811. Sebagai   gantinya,   diangkatlah   Jansens  sebagai  gubernur jenderal   yang  baru. Pada  masa  pemerintahan   Jansens,    Inggris  menyerbu Batavia.   Dalam   pertempuran   tersebut,   tentara  Belanda kalah   dan  akhirnya  menyerah   tanggal   18 September   1811. Jansens   harus  menandatangani    Kapitulasi  Tuntang  yang berisi  penyerahan  Batavia   kepada   Inggris.
Maskapai  dagang   Inggris,   East Indian Company (EiC),   mewakili  pemerintah  lnggris   di  Indonesia.   Mereka mengangkat  Sir  Thomas   Stamford   Raffles  menjadi gubernur jenderal   di  Indonesia.   Langkah-langkah    yang dilakukan  Stamford  Raffles  antara  lain  sebagai  berikut.
         a.     Membagi  Pulau  Jawa  menjadi   16 karesidenan.
        b.     Mengurangi  kekuasaan  bupati  dengan   mengangkat bupati   menjadi   pegawai   pemerintah.
         c.     Menghilangkan  sama  sekali  bentuk  kerja paksa  atau rodi.
        d.     Menghapus  Pelayaran  Hongi  model  VOC.
        e.     Melarang  perbudakan  karena   tidak  sesuai  dengan semangat  liberalisme.
          f.     Menghapus  segala   macam   bentuk   penyerahan    (upeti).
         g.     Memungut  sewa  tanah  sebab  tanah  dianggap sebagai milik  negara.                                      .
        h.     Melaksanakan sistem penjurian dalam peradilan.
Raffles juga  banyak  berjasa  dalam   pengembangan ilmu  pengetahuan,  antara  lain  sebagai   berikut.
a.     Meneliti  tumbuh-tumbuhan dan menamai bunga temuannya Rafflesia   Arnoldi.
b.     Membangun   Kebun  Raya  Bogar   yang  berisi    tanaman tropis  Indonesia.
c.     Menulis  buku  History of Java yang  berisi   sejarah budaya Pulau  Jawa.

5.    Kekuasaan  Pemerintah Kolonial Belanda di Indonesia
Setelah Prancis kalah perang, NapoJeon harus menandatangani Konvensi London tahun  1814.  Isi  konvensi tersebut adalah Prancis harus mengembalikan status negara-negara jajahannya  ke kedudukan  semula sebelum ada penyerangan Napoleon. Indonesia  harus diserahkan kembali pada Belanda. Penyerahan  itu dilakukan tahun 1814. Akan tetapi,  Pulau Bangka, Pulau Belitung.  dan Bengkulu tidak ikut diserahkan.
Penyerahan kembali tersebut menimbulkan kemarahan rakyat  Indonesia yang kemudian mengadakan perlawanan. Misalnya Perang Diponegoro,  Perang Aceh,  Perang Paderi, dan Perang Pattimura.
Peperangan memaksa pemerintah Belanda mengeluarkan anggaran biaya pertahanan yang besar. Kas pemerintah Belanda pun menjadi  kosong.   Salah satu  upaya pemerintah kolonial Belanda untuk mengisi   kas  kosong tersebut  adalah menugaskan  ahli ekonomi    Belanda,  Van den Bosch,  untuk menangani perekonomi Indonesia. Van den Bosch mengusulkan pemberlakuan sistem Cultuur Stelsel  atau tanam paksa di Pulau Jawa. Usulan itu mendapat persetujuan dari parlemen   Belanda. Mulailah pelaksanaan sistem   tanam paksa  di Indonesia  tahun  1830. Ketentuan-ketentuan   sistem   tanam paksa  antara lain sebagai berikut.
a.     Seperlima  bagian tanah milik rakyat yang subur wajib dijadikan Iahan bagi tanaman ekspor.  Tanaman yang hams dibudidayakan antara lain teh,  tebu,  tembakau, merica,  kayu manis, nila,  kapas,  dan tanaman Iain yang Iaku dijual di pasaran Eropa.
b.     Tanah tersebut dibebaskan dari kewajiban membayar pajak.
c.     Hasil   panen  diserahkan     kepada pemerintah    Belanda.
d.     Apabila   taksiran    harga   hasil   panen   melebihi  pajak, maka kelebihannya   itu menjadi   hak  rakyat.
e.     Kegagalan   panen ditanggung    oleh   pemerintah.
f.     Tenaga kerja yang  digunakan   tidak boleh   melebihi tenaga kerja yang digunakan   untuk menanam padi.
Akan tetapi, dalam pelaksanaannya, ketentuan di alas banyak yang dilanggar untuk memperbesar keuntungan pemerintah  Belanda.   Ketentuan   yang dilanggar antara lain sebagai berikut.
a.     Tanah yang dijadikan  lahan  tanaman ekspor tidak hanya  seperlima  bagian,  tetapi  seluruhnya.
b.     Lahan yang ditanami  tanaman ekspor tetap dipungut pajak.
c.     Kegagalan  panen ditanggung  oleh rakyat sendiri bukan  pemerintah.
d.     Jika  taksiran  hasil  panen melebihi  pajak,  maka kelebihan  itu tidak diberikan  kepada rakyat.
e.     Tenaga  yang  digunakan  untuk tanam paksa melebihi tenaga  untuk  menanam  padi. Hal ini disebabkan  umur tanaman  untuk  tanam  paksa  lebih panjang.
Pengaruh   Pemberlakuan Tanam  Paksa
Kebijakan  Tanam  Paksa  berpengaruh  terhadap pemerintah  Belanda  maupun  rakyat  Indonesia.  Harga pokok  hasil  pertanian  tanam  paksa  sangat  rendah,  padahal harga jualnya  sangat  tinggi.   Akibatnya,  kerajaan  Belanda menjadi  negara  kaya.  Tanam  paksa  membuat  rakyat Indonesia  sangat  menderita  dan kelaparan. Sebagian  besar waktu  mereka  digunakan untuk  mengurus  tanaman  paksa sehingga  tanaman padi  mereka  jadi  terlantar.  Sisi  baiknya, petani  Indonesia   mulai  mengenal jenis  tanaman  baru  yang diunggulkan sebagai  kornoditas  ekspor.


Akibat Pelaksanaan  Tanam Paksa
Tidak  semua  bangsa  Belanda  setuju  dengan  sistem  ini. Ada juga  pihak-pihak yang  menentang pelaksanaan tanam paksa  di Indonesia,  yaitu  sebagai  berikut.
1)    Kelompok Pemilik Modal
Kelompok pemilik   modal  atau  kaum  kapitalis mendesak pemerintah  agar  menghapuskan  sistem   tanam paksa.  Sebagai   gantinya, para  pemilik   modal  meminta agar  diizinkan  masuk  ke  Indonesia.   Desakan   kaum kapitalis itu  berhasil   membuat pemerintah  Belanda menerapkan  kebijakan politik   Pintu  Terbuka. Artinya,   para pemilik modal swasta diizinkan masuk ke Indonesia untuk menanamkan modalnya
2)    Golongan Humanis di Belanda
Eduard Douwes Dekker
Eduard Douwes Dekker sebelumnya merupakan biroktat pemerintah belanda yang iba melihat penderitaan rakyat indonesia. Dengan nama samaran Multatuli, Douwes Dekker menceritakan pelaksanaan sistem tanam paksa dalam sebuah buku yang berjudul  Max Havelaar. Berkat buku inilah , golongan humanis Belanda mengetahui dan berempati terhadap penderitaan rakyat Indonesia.

Van  de Venter                                                 .
Van de Venter mengkritik keberadaan sistem tanam paksa Ia mengusulkan agar pemerintah  Belanda  melakuakan politik balas budi yang lebih dikenal  sebagai politik etis. Sebagai tindak lanjut,  Pemerintah Belanda  mengadakan perbaikan di bidang irigasi,   edukasi, dan transigrasi pada abad ke-20. Pelaksanaan politik etis ini sangat membantu kemajuan Indonesia di kemudiaan hari.

Baron Van  Hoevel
Sesuai dengan kapasitasnya sebagai   pendeta,  ia menentang tanam paksa melalui khotbah-khotbahnya di gereja.

Kelompok liberal di negeri Belanda
Golongan mayoritas  parlemen Belanda dikuasai oleh pihak konservatif, sementara   golongan minoritas atau golongan oposisi adalah kaum liberal. Kaum liberal menyuarakan  agar tanam paksa  dihapuskan.   Usulan tersebut mendapat simpati dari sebagian   besar penduduk negeri Belanda dan rakyat Indonesia yang ada di sana.
Kemenangan kaum liberal pada pemilu  1860 merealisasikan  usulan tersebut. Tanam paksa  dihapuskan tahun 1870 dimulai dengan penghapusan tanam paksa tebu.
Pemerintah Belanda kemudian menerapkan Politik Pintu Terbuka dengan mengeluarkan Undang-Undang Agraria tentang kepemilikan tanah di daerah jajahan. Dalam pelaksanaannya,  berdirilah perkebunan-perkebunan besar milik swasta dengan menyewa tanah rakyat. Selain itu, banyak dilakukan pembangunan jalan,  irigasi,  dan sarana pembangunan   lainnya.  Politik Pin tu Terbuka juga tidak banyak membawa manfaat  bagi rakyat Indonesia. Muncul usulan Politik Balas Budi (Politik Etis) yang mulai dilaksanakan  tahun 1900.

 

Komentar

Postingan Populer