STRUKTUR SOSIAL



A.     Definisi Struktur Sosial
Setiap individu memiliki kelebihan dan kekurangan/kelemahan. Kelemahan ini menyebabkan manusia sering tidak dapat memenuhi kebutuhannya. Ketidakmampuan individu untuk memenuhi kebutuhan sendiri menyebabkan mereka harus hidup bersama dan bermasyarakat. Ketika mereka berkumpul dan membentuk masyarakat, individu-individu tersebut memkiliki status dan peran tertentu. Status dan peran inilah yang kemudian akan membentuk struktur atau tatanan di masyarakat. Struktur tersebut dinamakan struktur sosial.
Secara harfiah struktur bisa diartikan sebagai susunan atau bentuk. Struktur tidak melulu harus berarti fisik, ada pula struktur yang berkaitan dengan sosial. Menurut ilmu sosiologi, struktur sosial adalah tatanan atau susunan sosial yang membentuk kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat. Susunannya bisa bisa vertikal ataupun horizontal. Contoh susunan soaial yang vertikal adalah adanya kelompok orang kaya, menengah, dan miskin. Kelompok orang kaya menempati tempat teratas, kelompok orang menengah menempati tempat kedua, dan kelmpok orang miskin berada di tempat paling bawah. Contoh susunan sosial yang horizontal antara lain adanya kelompok laki-laki dan perempuan, atau kelompok orang beragama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Budha.
Para ahli sosiologi merumuskan definisi struktur sosial sebagai berikut.
1.    George Simmel, struktur sosial adalah kumpulan individu serta pola perilakunya.
2.    George c. Hommans, struktur sosial merupakan hal yang memiliki hubungan erat dengan prilaku sosial dasar dalam kehidupan sehari-hari.
3.    William Kornblum, struktur sosial adalah susunan yang dapat terjadi karena adanya pengulangan pola perilaku individu.
4.    Soerjono Soekanto, struktur sosial adalah hubungan timbal balik antara posisi-posisi dan peranan-peranan sosial.
Dari definisi para ahli sosiologi di atas dapat disimpulkan bahwa setiap struktur sosial yang muncul di dalam kehidupan masyarakat bisa terjadi karena ada unsur-unsur sebagai berikut.
1.    Individu
Individu sebagai pembentuk masyarakat dalam hal ini juga bertindak selaku pembentuk  struktur sosial. Tidak ada sebuiah struktur sosial pun yang dapat berdiri sendiri tanpa peranan individu-individu dalam masyarakat.
2.    Interaksi
Walaupun sederhana, pola interaksi antar individu dalam masyarkat juga membentuk struktur sosial. Di sinilah akan ditentukan, apakah struktur sosial yang terbentuk mengarah pada integrasi ataupun disintegrasi.


B.      Mengidentifikasi Struktur Sosial
Tadi telah dijelaskan mengenai pengertian struktur sosial dan unsur apa saja yang harus ada dalam struktur sosial, lalu bagaimanakah kita bisa mengenali struktur sosial yang telah tumbuh dan berkembang dalam masyarakat? Tidak mudah memang mengingat  subjek pengkajiannya adalah masyarakat yang senantiasa berkembang. Namun demikian, struktur sosial dalam masyarkat bisa diidentifikasikan dengan cara mengetahui hal-hal yang menjadi ciri-ciri struktur sosial tersebut.
Secara singkat, struktur sosial dalam masyarkat bisa berubah dan berkembang, berkaitan dengan kebudayaan, dan hanya muncul di dalam masyarakat.
1.    Muncul pada Kelompok Masyarakat
Struktur sosial hanya bisa muncul pada individu-individu yang meiliki status dan peran. Status dan peranan masing-masing individu hanya bisa berkaca ketika mereka berada dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Jadi, apabila individu tidak berkelompok dan membentuk masyarkat maka struktur sosial tidak dapat terwujud.
Banyak individu yang mempunyai lebih dari satu status dengan cara mendapatkannya yang berbeda-beda pula. Perhatikan kisah berikut ini sebagai ilustrasi. Ardita adalah seorang anak yang terlahir dari keluarga bangsawan sehingga ia berhak menyandang gelar raden. Dua puluh tujuh tahun kemudian ia menjadi dokter. Tujuh tahun kemudian, karena tanggung jawab dan dedikasinya yang luar biasa sebagai seorang ibu, Ardita dianugrahi gelar ibu teladan dari sebuah majalah wanita. Bisa disimpulkan bahwa Ardita dalam kehidupannya  telah memilki 3 status yaitu, Raden, dokter, dan ibu teladan. Ketiganyapun diperoleh Ardita dengan cara yang berbeda. Raden adalah status yang diperolehnya sejak lahir (ascribed status), sedangkan dokter adalah status yang diperolehnya dengan usaha-usaha yang disengaja (achieved-status),  lain halnya dengan status ibu teladan. Itu merupakan status yang diperoleh Ardita dari pemberian pihak lain (assigned-status).
Peran adalah sesuatu yang dilaksanakan individu karena ststus yang dimilikinya. Status Ardita  sebagai seorang bangsawan, dokter, dan ibu teladan membuatnya memiliki banyak peran. Sebagai bangsawan, Ardita mesti bertata krama dan berperilaku sesuai kehendak budayanya. Staus sebagai dokter mengakibatkan ia setiap hari harus mengobati pasien, sementara di rumah ia juga harus mendidik anaknya.
Pada setiap sistem sosial terdapat macam-macam status dan peran individu. Ada yang memilki status sebagai anak, istri, suami, ketua RT, Ketua RW, lurah, camat, samapai dengan presiden.
Status yang berbeda-beda itu merupakan cerminan dari hak dan kewajiban yang berbeda pula. Contohnya, kewajiban seorang ketua RT berbeda dengan kewajiban  seorang presiden. Begitu pula hak-hak seorang presiden  sudah barang tentu berbeda dengan hak seorang ketua RT.
2.    Berkaitan Erat dengan Kebudayaan
Kelompok masyarakat lama kelamaan akan membentuk suatu kebudayaan. Setiap kebudayaan memiliki struktur sosialnya sendiri. Kebudaqyaan Minangkabau memilki struktur sosial yang berbeda dengan yang ada pada masyarakat Jawa. Demikian pun dengan masyarakat Pasundan memilki struktur sosial yang tidak sama dengan masyarkat Batak.
Indonesia memiliki banyak daerah dengan kebudayaan yang beraneka ragam. Hal ini menyebabkan beraneka pula struktur sosial yang tumbuh dan berkembang di Indonesia. Bisakah kamu menjelaskan tentang struktur sosial yang berkembang di daerah asalmu?
Struktur sosial myang beraneka ragam inilah yang nantinya akan membentuk suatu struktur sosial  Indonesia.
Hal-hal yang mempengaruhi struktur sosial masyarkat Indonesia adalah sebagai berikut.
·      Keadaan geografis
Kondisi geografis Indonesia terdiri dari pulau-pulau yang terpisah. Masyarakat kemudian mengembangkan bahasa, perilaku, dan ikatan-ikatan kebudayaan yang berbeda satu sama lain.
·      Mata pencahariaan
Masyarakat Indonesia memiliki mata pencaharian yang beragam, antara lain sebagai petani, nelayan, ataupun sektor industri.
·      Pembangunan
Pembangunan dapat mempengaruhi struktur sosial masyarakat di Indonesia. Sebagai contoh, pembangunan yang tidak merata antardaerah menciptakan kelompok masyarakat kaya dan miskin.
3.    Dapat Berubah dan Berkembang
Masyarakat tidak ststis karena terdiri dari kumpulan individu. Mereka bisa berubah dan berkembang sesuai denagn  tuntutan zaman. Karenanya, struktur yang dibentuk oleh mereka pun bisa berubah sesuai dengan perkembangan zaman.
Pada masa penjajahan Belanda, struktur sosial yang terbentuk sangat menguntungkan kepentingan penguasa pada saat itu. Masyarakat Eropa (orang Belanda termasuk di dalamnya) menempati posisi teratas, sementara masyarakat timur asing seperti orang Tionghoa dan Arab berada di bawah posisi orang Eropa, sedangkan yang menempati posisi terendah adalah masyarakat pribumi.
Zaman berganti, struktur sosialpun berubah. Pada masa pendudukan Jepang, kaum pribumi yang tadinya menempati lapisan paling bawah naik satu kelas ke lapisan kedua. Orang-orang Eropa yang tadinya menempati posisi teratas justru jatuh kelapisan paling terbawah. Sementara itu, masyarakat Jepang sebagai penguasa berada pada lapisan teratas.
C.      Fungsi Struktur Sosial
Ada tiga fungsi struktur sosial, yaitu sebagai identitas, kontrol dan pembelajaran. Untuk penjelasan lebih lanjut, perhatikan uraian berikut.
1.    Fungsi Identitas
Telah disebutkan di atas bahwa setiap  kebudayaan memiliki struktur sosialnya masing-masing. Dalam hal ini, struktur sosial berfungsi sebagai penegas identitas yang dimiliki oleh sebuah kelompok. Kelompok uyang anggotanya memiliki kesamaan dalam latar belakang ras, sosial dan budaya akan mengembangkan struktur sosialnya sendiri sebagai pembeda dari kelompok lainnya.
Contohnya, kebudayaan Minangkabau menganut sistem matrilineal (kekerabatan berdasarkan garis keturunan ibu). Ini berbeda dengan dengan sistem di kebudayaan lainnya yang mayoritas menganut patrilineal. Perbedaan semacam ini akan membangun struktur sosial yang berbeda pula dengan kebudayaan lainnnya.
2.    Fungsi Kontrol
Struktur sosial bisa berfungsi untuk mengontrol individu yang berada di dalam struktur sosial tersebut. Dalam kehidupan bermasyarakat, selalu muncul kecenderungan dalam diri individu untuk melanggar norma, nilai, atau peraturan lain yang berlaku dalam masyarakat. Apabila individu tadi mengingat akan peranan dan status yang dipunyainya dalam struktur sosial, maka kemungkina individu tersebut akan mengurungkan niatnya melanggar aturan. Melanggar aturan yang berlaku dapat pula berpotensi untuk menimbulkan konsekuensi yang pahit.
Struktur sosial sebagai fungsi kontrol dapat kita lihat sebagai berikut: budaya Batak melarang perkawinan antara pria dan wanita yang semarga, Tiur dan Binsar urung menikah karena berasal dari marga yang sama. Dalam hal ini, struktur sosial masyarakat Batak telah mencegah mereka menjalankan pernikahan semarga. Orang Batak yang memiliki marga yang sama berarti masih memiliki hubungan saudara. Menurut medis, pernikahan antara kerabat berpotensi melahirkan keturunan yang cacat. Jadi, dalam hal ini mereka telah diuntungkan oleh struktur sosial mereka.
3.    Fungsi Pembelajaran
Individu belajar dari struktur sosial yang ada dalam kelompoknya. Hal ini dimungkinkan mengingat masyarakat merupakan salah satu tempat untuk berinterkasi. Banyak hal yang bisa dipelajari dari sebuah struktur sosial masyarakat, mulai dari sikap, kebiasaan, kepercayaan, dan kedisiplinan.
Dalam struktur masyarakat muslim contohnya, anak-anak usia balita sudah diajarkan kebiasaan mengucapkan salam jika bertemu orang lain. Contoh lain, anak-anak usia sekolah sudah diberikan nilai-nilai pemahaman ekonomi seperti rajin menabung oleh orang tuanya.
D.     Bentuk Struktur Sosial
Bentuk struktur sosial terdiri dari stratifikasi sosial dan diferensiasi sosial. Masing-masing memiliki ciri tersendiri. Ingin tahu lebih banyak, lihat pokok bahasan di bawah ini.
1.    Stratifikasi Sosial
Stratifikasi berasal dari kata strata atau tingkatan. Stratifikasi sosial adalah struktur dalam masyarakat yang membagi masyarakat ke dalam tingkatan-tingkatan. Ukuran yang dipakai bisa kekayaan, pendidikan, keturunan, atau kekuasaan. Ahli sosiologi, Max weber menyebutkan bahwa kekuasaan, hak istimewa dan presitelah yang menjadi dasar terciptanya stratifikasi sosial. Sedikit berbeda, Cuber menyebutkan bahwa hak-hak individu yang berbeda menjadi penyebab kemunculan stratifikasi sosial.
Hadirnya ketidak samaan dalam hal jumlah harta kekayaan, jenjang pendidikan, asal usul keturunan, dan kekuasaan membuat manusia dapat disusun secara hierarki atau bertingkat. Ada yang berada di atas dan ada juga menempati posisi terbawah. Baik pada masyarakat modern maupun masyarakat tradisional, keduanya memiliki sistem stratifikasi sosial yang unik. Dalam masyarakat tradisional misalnya, stratifikasi sosialnya terdiri atas kasta-kasta atau tuan tanah dan hamba. Sedangkan pada masyarakat modern, contohnya adalah atasan dan bawahan. Misalnya seorang buruh dengan gaji Rp. 1 juta per bulan berada ditingkat paling bawah, seorang pegawaikantor (staf) dengan gaji Rp. 2 juta per bulan berada di atasnya, seorang manager dengan gaji Rp. 8 juta per bulan berada diatas pegawai kantor tersebut dan seorang direktur dengan gaji Rp. 15 juta per bulan berada di tingkat paling atas.
Menurut sifatnya, stratifikasi sosial dibedakan atas
a.    Stratifikasi sosial tertutup
Stratifikasi sosial tertutup adalah stratifikasi sosial sosial yang tidak memungkinkan terjadinya perpindahan posisi atau yang disebut mobilitas sosial. Seseorang yang menjadi anggota dan berada pada lapisan terendah tidak mungkin untuk naik ke posisi yang lebih atas lagi. Ini biasanya terjadi pada sistem stratifikasi masyarakat tradisional, seperti sistem kasta di India. Seorang dari kasta sudra tidak dapat menjadi anggota kasta Brahma dan sejenisnya. Sistem kasta yang ada di Indonesia (Bali) tidak seketat seperti yang ada di India.
b.    Stratifikasi sosial terbuka
Stratifikasi sosial terbuka adalah stratifikasi yang mengizinkan adanya mobilitas, baik naik maupun turun. Biasanya stratifikasi sosial semacam ini tumbuh pada masyarakat modern. Misalnya, seorang pembantu rumah tangga yang kemudian menjadi seorang pengusaha sukses.
Bentuk-bentuk mobilitas sosial.
1)   Mobilitas sosial horizontal
Pada mobilitas sosial horizontal, perpindahan yang terjadi tidak mengakibatkan berubahnya status dan kedudukan individu yang melakukan mobilitas.
Contohnya, Pak Kardi yang memutuskan untuk berhenti menjadi sopir bus dan kemudian menjadi sopir angkot.
2)   Mobilitas sosial vertikal
Mobilitas yang terjadi mengakibatkan terjadinya perubahan status dan kedudukan invidu.
Mobilitas sosial vertikal terjbagi menjadi:
ü Vertikal naik
Individu menjadi naik status dan kedudukannya setelah menjalani mobilitas. Contohnya, seorang pengamen jalanan yang menjadi penyanyi rekaman.
ü Vertikal turun
Status dan kedudukan individu turun setelah menjalani mobilitas. Contohnya, seorang pengusaha sukses yang kemudian bangkrut dan malahan menjadi narapidana.
3)   Mobilitas antargenerasi
Ini bisa terjadi apabila melibatkan dua orang (individu) yang berasal dari dua generasi yang berbeda.
Contohnya, Veri seorang anak tukang becakdi Medan kemudian sukses menjadi pengusaha di ibu kota.
c.    Stratifikasi sosial campuran
Hal ini terjadi apabila stratifikasi sosial terbuka bertemu dengan stratifikasi sosial tertutup. Anggotanya kemudian menjadi anggota dua stratifikasi sekaligus, dan ia juga mesti menyesuaikan sistem stratifikasi sosial tertutup yang sudah lama dianutnya dengan stratifikasi sosial yang baru ia kenal.
Menurut dasar ukurannya, stratifikasi sosial dibagi menjadi:
a.    Dasar ekonomi
Berdasarkan status ekonomi yang dimilikinya, masyarakat dibagi menjadi:
1)   Golongan Atas
Termasuk golongan ini adalah orang-orang kaya, pengusaha, penguassa, atau orang yang memiliki penghasilan besar.
2)   Golongan Menengah
Golongan menengah terdiri dari pegawai kantor, petani pemilik lahan, dan pedagang.
3)   Golongan Bawah
Golongan yang berada dalam posisi terendah ini teridir atas buruh tani dan budak-budak.
Jumlah masyarakat dalam lapisan terbawah jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah masyarakat yang berada pada dua lapisan di atasnya. Bila digambarkan akan membentuk piramida berikut ini.

Bapak Marxisme, Karl Mark memiliki istilah khususbagi kaum kelas bawah dan kelas atas. Kelas atas yang menempati posisi teratas disebut sebagai kaum kapitalis atau borjuis. Mereka ini adalah yang menguasai tanah dan alat produksi. Sedangkan strata terbawah diistilahkan dengan golongan proleter. Golongan ini terdiri dari mereka yang tidak memiliki tanah dan alat produksi termasuk kaum buruh dan pekerja pabrik.
                                                                       
b.    Dasar pendidikan
stratifikasi sosial ini timbul sebagai akibat dari adanya perbedaan tingkat pendidikan di masyarakat. Orang yang berpendidikan rendah menempati posisi terendah, berturut-turut hingga orang yang memiliki pendidikan tinggi. Misalnya, di dalam suatu kompleks perumahaan, masyarakat terdiri dari macam-macam tingkatan pendidikan, mulai dari yang tidak sekolah, tamat Sekolah Dasar, Sampai tamat S3.

c.    Dasar kekuasaan
Stratifikasi jenis ini berhubungan erat dengan wewenang atau kekuasaan yang dimiliki seseorang. Semakin besar wewenang atau kekuasaan seseorang, semakin tinggi strata sosialnya. Penggolongan yang paling jelas tentang stratifikasi sosial berdasarkan kekuasaan terlihat dalam dunia politik.
Misalnya pada sebuah provinsi, strata teratas dihuni oleh gubernur, yang merupakan kepala daerah tingkat I. Dibawahnya terdapat wali kota dan bupati yang memimpin kotamadya atau kabupaten (daerah tingkat 2). Setingkat di bawah bupati ada para camat yang memimpin kecamatan-kecamatan.
Dampak adanya stratifikasi sosial adalah sebagai berikut.
a.    Dampak positif
Stratifikasi sosial dapat berdampak positif. Orang berada pada lapisan terbawah akan termotivasi dan terpacu semangatnya untuk bisa meningkatkan kualitas dirinya untuk kemudian mengadakan mobilitas naik ke strata yang lebih tinggi.
Contohnya, Soichiro Honda yang seorang miskin, lemah, dan gagal dalam pendididkan kemudian malah berkembang menjadi seorang pengusaha otomotif yang produknya terkenal di seluruh dunia.
b.    Dampak negatif
Stratifikasi dapat berdampak negatif pada kehidupan sehari-hari masyarakat. Contohnya terlihat pada kebiasaan berbusana kaum wanita. Kaum wanita kelas atas akan cenderung memakai karya perancang mode terkenal dari Pris, New York, London, dan Roma. Kaum wanita kelas bawah akan cenderung memakai busana yang dijual di pusat penjualan pakaian, misalnya Tanah Abang atau Pasar Cipulir. Kesenjangan sosial seperti ini berdampak negatif karena menimbulkan rasa iri diantara anggota strata tersebut. Bukan mustahil, kesenjangan sosial tersebut dapat menyebabkan terjadinya konflik.

2.    Diferensiasi Sosial
Menurut Soerjono Soekanto, diferensiasi sosial adalah klasifikasi atau penggolongan masyarakat atas perbedaan-perbedaan tertentu yang biasanya sama atau sejajar. Hal ini berbarti tidak ada pihak yang menempati posisi lebih tinggi daripada pihak lainnya. Antara satu pihak dengan lainnya menempati posisi yang sama tinggi, sama rendah, atau sejajar.
Jenis diferensiasi sosial berdasarkan kategorinya adalah sebagai berikut.
a.    Diferensiasi ras
Ras adalah sutu kelompok manusia dengan ciri-ciri fisik bawaan yang sama. Secara umum, manusia dibagi kedalam tiga kelompok ras sebagai berikut.
1)   Ras Mongoloid
2)   Ras Negroid
3)   Ras Kaukasoid
Orang-orang Indonesia termasuk ke dalam Ras Mongoloid.
b.   Diferensiasi suku bangsa
Suku bangsa adalah kategori yang lebih kecil daripada ras. Indonesia termasuk negara dengan aneka ragam suku bangsa yang tersebar dari pulau Sumatra sampai Papua.
Keanekaragaman suku bangsa di Indonesia juga menyangkut keanekaragaman budayanya. Hal ini meliputi perbedaan adat istiadat, religi, bahasa daerah, dan keseniannya. Namun diantara mereka sering terjadi amalgamasi (kawin campur) dan migrasi.
Meskipun begitu, mereka juga memiliki persamaan sebagai berikut.
1)   Dasar kehidupan sosial yang sama berdasarkan asas kekeluargaan
2)   Asas hak kepemilikan tanah yang sama
3)   Asas persamaan dalam hukum adat
4)   Sama-sama memiliki bentuk perserikatan dan lembaga adat istiadat penduduk asli.
c.    Diferensiasi klen
Klen merupakan kesatuan turunan, kepercayaan, dan tradisi. Dalam masyarakat Indonesia terdapat dua bentuk klen utama yakni, klen atas dasar keturuna ibu dan atas dasar keturunan ayah.
1)   Klen atas dasar garis keturunan ibu (matrilineal), contohnya yang terdapat pada masyarakat Minangkabau, klennya merupakan gabungan dari kampuang-kampuang. Nama-nama klen, misalnya Piliang, Koto, dan Chaniago. Klen ini disebut suku.
2)   Klen atas dasar garis keturunan ayah (patrilineal), contohnya yang terdapat pada masyarakat Batak disebut marga. Contoh marga dalam masyaraklat Batak misalnya Harahap, Ginting, Sembiring, Siregar, dan Nasution.
d.   Diferensiasi agama
Di Indonesia mengenal agam Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Budha, Konghucu, dan kepercayaan lainnya. Agama atau kepercayaan seseorang erat kaitannyadengan pengalaman dan pengetahuan hidup orang itu sendiri. Oleh karena itu, kita tidak bisa menyatakan bahwa agama satu lebih baik dari kepercayaan atau agama lainnya.
e.    Diferensiasi profesi
Masyarakat biasanya dikelompokan atas dasar jenis pekerjaan atau profesinya. Kita mengenal masyarakat yang berprofesi sebagai guru, dokter, pedagang, tentara, pegawai negeri, buruh, dan sebagainya.
Dalam perkembangannya, masyarakat yang profesinya sama membentuk suatu organisasi. Contohnya adalah organisasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
f.     Diferensiasi jenis kelamin
Jenis kelamin merupakan ciri fisik yang dibawah sejak lahir dan tidak ditentukan sendiri oleh individu berdasarkan keinginannya. Berdasarkan jenis kelamin, masyarakat dibagi atas laki-laki dan perempuan yang memiliki drajat yang sama.
Gender adalah perbedaan secara budaya antara pria dan wanita yang dipelajari melalui proses sosialisasi. Perbedaan gender seringkali menempatkan perempuan menjadi kelas kedua. Perbedaan jenis kelamin yang seharusnya merupakan diferensiasi cenderung menampakan stratifikasi. Hal ini biasanya berkaitan erat dengan hak dan kekuasaan dalam kebudayaan. Pada Masyarakat Manggarai, Flores, misalnya pembagian tanah warisan hanya diperuntukan bagi anak laki-laki. Sementara anak wanita dianggap sebagai orang luar yang harus mengikuti suaminya.

Komentar

Postingan Populer