FAKTOR PENDORONG INTERAKSI SOSIAL



Interaksi sosial dilandasi oleh beberapa faktor, baik faktor dari dalam diri manusia itu sendiri maupun faktor dari luar manusia. Faktor dari dalam manusia meliputi :
1.    Dorongan kodrati sebagai makhluk sosial
2.    Dorongan untuk memenuhi kebutuhan
3.    Dorongan untuk mengembangkan diri dan memengaruhi orang lain melalui imitasi, sugesti, identifikasi, simpati dan empati.

Faktor dari luar manusia adalah dorongan rasa ingin tahu yang menyebabkan manusia berinteraksi dengan sesamanya untuk memenuhi rasa ingin tahunya tersebut.
Faktor-faktor itu dapat berdiri sendiri, tetapi dapat juga berkaitan satu sama lain tergantung situasi dan kondisi.
1.    Imitasi
Imitasi adalah tindakan meniru sikap, cara bicara, perilaku, atau penampilan sesorang. Menurut Chorus, imitasi terjadi apabila ada minat terhadap objek atau subjek yang ditiru dan ada sikap menghargai, mengagumi, dan memahami sesuatu yang ditirunya itu. Misalnya, seseorang anak memiliki potongan rambut bergaya tokoh kartun Tin Tin yang disukainya. Imitasi berdampak positif apabila yang ditiru adalah individu atau kelompok berperilaku baik menurut masyarakat. Akan tetapi, sebaliknya, initasi berdampak negatif apabila individu atau kelompok yang ditiru berperilaku tidak baik menurut pandangan masyarakat.
2.    Sugesti
Sugesti adalah tindakan seseorang untuk memengaruhi orang lain agar menerima pandangan atau sikap yang dianutnya. Sugesti umumnya dari orang yang berwibawa, karismatik atau orang yang berpengaruh, misalnya orang tau, ulama, dan lain-lain. Selain itu, sugesti dapat pula berasal dari orang yang memiliki kedudukan tinggi, misalnya menteri, direktur, dan lain-lain.
Selain dari individu, sugesti dapat pula berasal dari kelompok mayoritas terhadap kelompok minoritas. Contoh lain adalah seseorang membeli pelembab muka tertentu karena ingin kulit wajahnya menjadi putih. Iklan menjadi sumber sugesti yang dapat menggiring orng untuk membeli produk tertentu. Sugesti mungkin terjadi jika orang yang disugesti tidak mampu berfikir kritis karena emosi, sedang kebingungan, ragu-ragu, atau pendapat searah dari orang yang memberi sugesti.


3.    Identifikasi
Identifikasi adalah kecenderungan seseorang untuk menjadikan dirinya sama dengan orang lain. Identifikasi dapat embentuk kepribadian seseorang. Misalnya, seorang adik mengidentifikasi diri dengan kakaknya yang lulus ITB dengan predikat cum laude. Adik tersebut mengidentifikasi cara belajar, cara berpakaian, cara menggunakan waktu, bahkan cara berpikirnya dengan si kakak.
4.    Simpati
Simpati terjadi ketika seseorang merasa tertarik kepada orang lain. Rasa tertarik itu didorong oleh keinginan untuk memahami perasaan dan pikiran orang lain. Ketika ada teman yang rumahnya kebanjiran, kita juga sedih dan berusaha membantunya.
5.    Empati
Empati adalah perasan ketetarikan yang mendalam kepada orang lain. Empati lebih dalam pengaruhnya dibanding dengan simpati. Contohnya, seorang ibu merasa sangat sedih karena anaknya sakit keras. Ia selalu membayangkan penyakit dan penderitaan yang dialami anaknya itu sehingga si ibu jatuh sakit.

STATUS DAN PERANAN INDIVIDU DALAM INTERAKSI SOSIAL

Status dan peranan seseorang memengaruhi cara atau bentuk interaksi sosialnya. Perbedan ststus memengaruhi cara bersikap seseorang dalam proses sosial. Cara bicara seseorang direktur akan berbeda dengan cara bicara seorang sopir bis. Perbedaan cara bersikap seseorang menunjukan adanya perbedaan status orang yang bersangkutan.
Ststus seseorang menunjukan perannya, peran seseorang menentukan perilakunya.
1.    Kedudukan (Status)
Status sosial adalah posisi seseorang dalam kelompok masyarakat secara umum  sehubungan dengan keberadaan orang lain di sekitarnya. Ststus sosial meliputi lingkungan pergaulan, prestise (harga diri), hak, dan kewajibannya. Seseorang dapat mempunyai beberapa status atau kedudukan karena ikut serta dalam berbagai pola kehidupan. Misalnya, Pak Efendy dari cibubur, Jakarta Timur, merupakan kombinasi dari seluruh statusnya sebagai Ketua komisi DPR, ketua partai politik, sebagai seorang suami, sebagai seorang ayah, dan bisa jadi sebagai seorang RT juga.
Menurut Ralph Linton dalam Soekanto (1994:261), dilihat dari proses terjadinya, status sosial seseorang terbagi atas tiga bagian.

a.    Ascribed status
Status ini diperoleh secara otomatis melalui kelahiran atau keturunan. Ascribed status diperoleh tanpa melalui sutu bentuk usaha tertentu. Misalnya, kedudukan sebagai putra mahkota, kasta pada masyarakat Hindu, dan lain-lain. Status ini bersifat tertutup, yaitu hanya terdapat pada orang-orang tertentu.
b.    Achieved status
Status ini diperoleh melalui usaha-usaha yang dilakukan sendiri. Jadi, ststus sosial ini terbuka bagi setiap orang. Semua orang dapat mencapainya asalkan memenuhi syarat-syarat tertentu. Misalnya, dokter, guru, jaksa, dan lain-lain.
c.     Assigned status
Status ini merupakan pemberian dari orang lain. Ststus ini umumnya diberikan kepada orang yang berjasa memperjuangkan sesuatu bagi masyarakat. Misalnya, pemberian gelar “Bapak Koperasi” kepada Drs. Moh. Hatta yang banyak berjasa memajukan koperasi di Indonesia.
2.    Peranan Sosial
Peran adalah pelaksanaan hak dan kewajiban seseorang sesuai dengan status sosialnya. Jika seseorang telah melaksanakan kewajiban dan meminta haknya sesuai dengan status sosial yang disandangnya, maka dia telah melaksanakan perannya. Status dan peran tidak dapat dipisahkan karena tidak ada peran tanpa status dan sebaliknya. Misalnya, Pak Andi Lasut terpilih sebagai ketua RW. Ia harus membantu warga mengurus Kartu Tnda Penduduk (KTP), mengikuti ronda malam, dan memimpin rapat RW.



Komentar

Postingan Populer