BENTUK-BENTUK INTERAKSI SOSIAL
Menurut Gillin
and Gillin, proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial ada dua, yaitu:
1. Proses Sosial Asosiatif (Processes of Association)
Proses Sosial Asosiatif (Processes of Association) adalah proses
sosial yang menuu terbentuknya persatuan atau intergrasisosial dan mendorong
terbentuknya pranat, lembaga, atau organisasi sosial.
Bentuk proses sosial ini sebagai
berikut :
a. Kerja
sama (cooperation)
Kerja sama adalah
usaha bersama antarindivu, antarkelompok, atau antara individu dengan
kelompok. Kerja sama mendorong
terbentuknya persatuan atau integrasi sosial.
Menurut
pelaksanaannya bentuk-bentuk kerja sama adalah sebagai berikut :
1)
Bargaining,
yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang atau jasa antara
dua organisasi atau lebih.
2)
Cooptation,
yaitu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan suatu
organisasi sebagai salah satu cara untuk menghindari keguncangan stabilitas.
3)
Coalition,
yaitu kombinasi dua organisasi atau lebih yang memiliki tujuan yang sama.
4)
Joint
ventura, yaitu kerja sama dalam proyek tertentu.
1)
Kerja sama tradisional (traditional cooperation)
Kerja sama ini
terbentuk karena sudah menjadi tradisi, misalnya kebiasaan gotong royong membangun
rumah seseorang dibeberapa daerah di Indonesia.
2)
Kerja sama kontrak (contructual cooperation)
Kerja sama ini muncul
atas dasar ikat kontrak atau perjanjian, misalnya kerja sama antara karyawan
dan perusahaan.
3)
Kerja sama langsung (directed cooperation)
Kerja sama ini
terbntuk karena adanya perintah atasan, misalnya kerja sama dalam suatu proyek
yang diatur oleh atasan.
4)
Kerja sama spontan (spontaneous cooperation)
Kerja sama ini muncul
tanpa ada perencanaan terlebih dahulu.
b. Akomodasi
(accomodation)
Akomodasi memiliki
dua arti, yaitu sebagai keadaan dan sebagai proses yang sedang berlangsung.
Akomodasi sebagai keadaan merujuk pada keseimbangan interaksi sosial. Akomodasi
sebagai suatu proses mengacu pada usaha-usaha manusia untuk meredakan atau
menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan lawan.
Tujuan akomodasi berbeda-beda, tergantung pada keadaan yang
dihadapi. Tujuan akomodasi dapat disimpulkan sebagai berikut :
1)
Mendapatkan sintesa atau titik temu dari
beberapa pendapat yang berbeda agar menghasilkan suatu pola baru.
2)
Meredam perselisihan untuk sementara
3)
Berusaha mengadakan kerja sama antarkelompok
sosial yang terpisah karena faktor sosial, budaya, dan psikologis.
4)
Mengusahakan penyatuan antar kelompok sosial
yang berselisih
Menurut prosesnya bentuk-bentuk akomodasi adalah sebagai berikut :
1)
Koersi (coercion),
yaitu bentuk akomodasi yang prosesnya melalui paksaan fisik atau psikologis.
Dalam koersi ada pihak yang lemah dan ada pihak yang kuat. Misalnya,
perbudakaan, penjajahan, dll.
2)
Kompromi (compromise), yaitu bentuk akomodasi
yang terjadi karena pihak ysng bersengketa saling mengurangi tuntutannya agar
tercapai kesepakatan. Misalnya, penyelesaian ganti rugi.
3)
Arbitrasi (arbitration),
yaitu akomodasi dengan menggunakan jasa pihak ketiga karena pihak yang
bersengketa tidak mampu menyelesaikan persengketaan. Pihak yang ketiga ini
ditunjuk oleh yang bersengketa atau merupakan pihak yang berwenang. Misalnya,
dalam persengketaan perburuan, P4D/P4P (panitia Penyelesaian Perselisian
Perburuan Tingkat Daerah/Pusat) menjadi penengah pihak yang bersengketa (buruh
dan pengusaha).
4)
Mediasi (mediation)
hampir mirip dengan arbitrasi, hanya saja pihak ketiganya netral atau dan tidak
bisa memutuskan. Ia hanya bisa mengusahakan jalan damai tetapi tidak mempunyai
wewenang untuk menyelesaikan atau memutuskan masalah.
5)
Konsiliasi (consiliation),
yaitu suatu usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak yang
berselisih untuk mencapai mufakat. Misalnya, mempertemukan tersangka, pelapor,
dan pengacara masing-masing pihak yang bersengketa.
6)
Toleransi (tolerance),
yaitu bentuk akomodasi tanpa persetujuan formal. Kadang-kadang toleransi timbul
secara tidak sadar dan spontan akibat reaksi alamiah individu. Misalnya, orang
memperlambat laju sepeda motornya jika melewati masjid saat salat jumat.
7)
Stale
Mate, terjadi ketika pihak-pihak yang bertikai memiliki kekuatan yang
seimbang sehingga pada ahirnya pertikaian berhenti pada titik tertentu. Misalnya,
Amerika Serikat dan Uni Sovyet pada waktu perang nuklir.
8)
Ajudikasi (adjudication),
yaitu penyelesaian pertikaian melalui pengadilan.
9)
Segregasi (segregation),
yaitu masing-masing pihak yang bertikai memisahkan diri dan saling menghindar
dalam rangka mengurangi ketegangan.
10) Eliminasi
(elimination), yaitu pengunduran diri salah satu pihak yang bersengketa karena
mengalah.
11) Subjugation atau domination, yaitu pihak
yang memiliki kekuatan besar meminta pihak lainnya menaatinya.
12) Keputusan
mayoritas (majority rule), yaitu
keputusan yang diambil berdasarkan suara terbanyak.
13)
Minority
consent, yaitu golongan mimoritas yang merasa tidak dikalahkan masih dapat
melakukan kegiatan bersama.
14) Konversi,
yaitu penyelesaian pertikaian di mana salah satu pihak bersedia mengalah dan
mau menerima syarat yang diajukan pihak lain.
15) Gencatan
senjata (cease fire), yaitu
penangguhan permusuhan pada waktu tertentu karena menunggu jalan keluar yang
baik.
c. Asimilasi
(assimilation)
Asimilasi merupakan
upaya untuk mengurangi perbedaan antarindividu atau antarkelompok guna
menghasilkan suatu kesepakatan berdasarkan kepentingan dan tujuan-tujuan
bersama. Asimilasi terjadi pada masyarakat yang berbeda kebudayaan sehingga
terbentuk kebudayaan baru dalam waktu lama. Asimilasi terjadi setelah melalui
tahap kerja sama dan akomodasi.
Syarat-syarat asimilasi adalah sebagai berikut :
1)
Terdapat sejumlah kelompok yang memiliki
kebudayaan yang berbeda.
2)
Terjadi pergaulan antarindividu atau
antarkelompok secara intensif dalam waktu yang relatif lama.
3)
Kebudayaan masing-masing kelompok mengalami
perubahaan dan penyesuaian diri.
Faktor-faktor yang mendukung terjadinya asimilasi adalah sebagai
berikut :
1)
Sikap toleransi antarkelompok yang berbeda
kebuyaan
2)
Kesempatan yang berimbang dalam bidang ekonomi
3)
Sikap menghargai dan menghormati orang lain
beserta kebudayaannya.
4)
Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam
masyarakat
5)
Persamaan dalam undur budaya secara universal
6)
Terjadinya perkawinan campur antarkelompok yang
berbeda budaya
7)
Mempunyai musuh yang sama dan meyakini kekuatan
masing-masing untuk menghadapi musuh tersebut
Faktor-faktor yang
menjadi penghalang asimilasi adalah sebagai berikut:
1)
Terisolasinya kehidupan suatu golongan tertentu
di masyarakat. Misalnya suku Aborogin di Australia yang diharuskan mendiami
daerah-daerah tertentu (reservation).
2)
Kurangnya pengetahuan tentang tentang kebudayaan
baru.
3)
Adanya prasangka buruk terhadap budaya baru
4)
Adanya perasaan bahwa kebudayaan kelompok
tertentu lebih tinggi dari kebudayaan kelompok lainnya sehingga kelompok
tertentu itu tidak mau menerima kebudayaan baru.
5)
Adanya perbedaan ciri-ciri fisik, seperti tinggi
badan, warna kulit, atau warna rambut.
6)
Adanya perasaan ketertarikan yang kuat terikat
dengan kebudayaan yang ada.
7)
Golongsn minoritsd mrngslsmi gangguan dari
golongsn mayoritas. Misalnya, pembantaian suku minoritas (etnic cleansing) di bekas negara Yugoslavia dan Rwanda, pembantaian
secara sistematis (genocida) yang dilakukan oleh bangsa Jerman terhadap bangsa
Yahudi pada masa kekuasaan Hitler.
d. Akulturasi
(Aculturation)
Akulturasi adalah
hasil perpaduan dua kebudayaan berbeda yang membentuk sutu kebudayaan baru
dengan tidak menghilangkan ciri-ciri kebudayaan masing-masing. Proses
akulturasi berlangsung dalam waktu relatif lama. Misalnya punden berundak-undak
dalam kebudayaan Hindu dipadukan dengan masjid dalam kebudayaan Islam
menghasilkan arsitektur masjid Demak yang atapnya bertingkat-tingkat.
2.
Proses Sosial Disasosiatif (Processes of Disassociation)
Proses Sosial Disasosiatif disebut
pula proses oposisi. Proses ini merupakan cara yang bertentangan dengan
seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan tertentu.
Proses Sosial yang bersifat disasosiatif
dapat dibedakan menjadi tiga bentuk :
a.
Persaingan
(competition)
Persaingan merupakan proses sosial
ketika individu-individu atau kelompok-kelompok manusia bersaing untuk mendapat
sesuatu. Persaingan tersebut bersifat pribadi atau kelompok.
Persaingan pribadi adalah persaingan
anatara dua orang untuk merebutkan sesuatu. Misalnya, persaingan merebutkan
gelar juara dalam pertandingan catur. Persaingan kelompok terjadi ketika dua
kelompok bersaing secara bebas tetapi sportif dalam memperebutkan sesuatu. Misalnya,
persaingan tim-tim sepak bola dalam suatu kejuaraan.
b.
Kontravensi
(contravension)
Kontravensi adalah suatu proses
sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan. Kontravensi terutama
ditandai adanya gejala-gejala ketidakpastian diri seseorang, ketidak pastian
suatu rencana, perasaan tidak suka yang disembunyikan, atau kebencian maupun
keraguan terhadap kepribadian seseorang. Kontravensi biasanya bersifat rahasia.
Dalam kontravensi, lawan tidak diserang secara fisik tetapi secara psikologis,
sehingga menjadi tidak tenang atau resah.
Menurut Leopold von Wiese dan Howard
Becker (dalam Soejanto, 1994), Kontravensi memiliki 5 bentuk sebagai berikut :
1)
Umum, misalnya penolakan, perlawanan, perbuatan
menghalang-halangi, protes, gangguan, tindakan dengan kekerasan, mengacaukan
rencana pihak lain.
2)
Sederhana, misalnya menyangkal pernyataan orang
di muka umum, memaki-maki dengan surat kaleng (surat dari seseorang tanpa
menyebut nama pengirim dan berisi fakta yang dapat mempengaruhi orang lain).
3)
Intensif, dapat berupa hasutan atau penyebaran
desas-desus.
4)
Rahasia, misalnya membocorkan rahasi lawan dan
berkhianat.
5)
Taktis, misalnya, mengejutkan lawan seteru,
membingungkan pihak lawan, provokasi, dan intimidasi.
c.
Konflik
(conflict)
Konflik merupakan proses sosial yang
terjadi ketika pihak yang satu berusaha menyingkirkan pihak lain dengan cara
menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya. Konflik muncul karena adanya
perbedaan perasaan, kebudayaan, perbedaan kepentingan baik individu maupun
kelompok, dan adanya perubahaan sosial secara cepat yang menimbulkan
disorganisasi sosial. Dalam konflik, yang berbicara adalah perasaan dan bukan
akal sehat.
Bentuk-bentuk konflik adalah sebagai
berikut :
1)
Konflik pribadi, yaitu perselisihan antara dua
pribadi yang berselisih karena sesuatu hal. Misalnya kakak dan adik berebut
harta warisan.
2)
Konflik antarkelompok, yaitu perselisihan antara
dua kelompok atau lebih untuk memperebutkan sesuatu. Misalnya, pertentangan dua
organisisi untuk memperebutkan pengelolaan parkir.
3)
Konflik rasial, yaitu pertentangan antar ras. Biasanya
terjadi jika ras yang satu minoritas dan ras yang lain golongan mayoritas.
4)
Konflik antar kelas sosial, yaitu perselisihan
karena adanya perbedaan kepentingan. Misalnya, konflik majikan dengan dan
buruh. Majikan ingin memberikan gaji yang kecil, sebaliknya buruh menginginkan
gaji yang besar.
5)
Konflik politik, yaitu perselisihan yang terjadi
pada kelompok-kelompok politik yang berbeda pandangan. Misalnya, konflik antar
partai politik menjelang pemilu.
6)
Konflik internasional, yaitu konflik yang
disebabkan kepentingan hubungan antar negara. Misalnya, konflik antar
negara-negara barat dan negara-negara timur tengah tentang penyelesaian perang
Irak.
Komentar
Posting Komentar